PEMBUATAN KERIS PUSAKA NUSANTARA&
BUDAYA MENUMBUHKAN BUDI PEKERTI
Pengetahuan tentang empu keris dan kehidupannya pada jaman dahulu yang
mungkin tidak disadari sepenuhnya oleh orang-orang pada jaman sekarang
sebagai berikut :
1. Profesi sebagai seorang empu keris tidak seperti yang dipikirkan oleh manusia jaman sekarang bahwa seorang empu perkerisan adalah sama dengan seorang pandai besi atau pengrajin keris.
Seorang empu keris jaman dulu sama sekali tidak dapat disamakan dengan itu. Disamakan dengan pengrajin benda-benda senjata saja tidak bisa, apalagi disamakan dengan seorang pandai besi atau pengrajin yang membuat alat-alat pertanian dan perlengkapan memasak. Keris-keris hasil karya mereka pun tidak dapat disamakan dengan golok, pisau, kapak, arit, atau jenis senjata lain. Seorang empu keris juga tidak dapat disamakan dengan pedagang dan pengrajin keris jaman sekarang, juga tidak dapat disamakan dengan praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib jaman sekarang.
Dalam pembuatan keris-kerisnya empu keris jaman dulu mendatangkan gaib keris jenis wahyu, karena selain bisa dipastikan bahwa gaib kerisnya itu adalah dari golongan yang baik, juga supaya perpaduan antara wahyu dewa yang sudah ada pada diri si pemilik keris dengan gaib wahyu dari kerisnya bisa menghasilkan suatu sinergi kegaiban yang selaras dan berlipat-lipat ganda kekuatan pengaruhnya. Dengan keris buatannya itu si empu keris memadukan kinerja wahyu dewa yang ada pada diri seseorang dengan wahyu gaib keris buatannya, suatu tindakan spiritual yang sangat tinggi yang tidak dapat dicapai kebanyakan manusia jaman sekarang yang hanya sampai pada tahapan kebatinan atau ilmu gaib / khodam saja, yang mampu membuat jimat beserta kegaibannya, tetapi tidak mengetahui ada / tidaknya suatu wahyu pada diri seseorang, apalagi memadukannya.
Itulah sebabnya dalam membuat keris para empu melakukan berbagai proses ritual gaib, yang menurut pandangan awam jaman sekarang dianggap tidak perlu lagi dan para empu keris jaman sekarang pun sudah tidak lagi melakukan yang sedemikian itu. Berbagai proses ritual itu memang suatu keharusan supaya keris yang dihasilkan oleh si empu benar-benar sempurna sebagai pendamping manusia pemiliknya. Berbagai proses ritual tersebut justru dilakukan oleh para empu karena mereka benar-benar menguasai bidangnya dan tercapainya tujuan seperti tertulis di atas, hanya mereka yang menguasai spiritual tingkat tinggi saja yang mampu melakukannya. Jelas sekali bahwa seorang empu keris lebih daripada sekedar seorang pengrajin keris atau seorang pandai besi atau seorang dukun / paranormal jaman sekarang.
2. Seorang empu keris adalah seorang yang secara spiritual keagamaan mendarma-baktikan hidupnya kepada “Tuhan” – nya melalui jalur perkerisan. Jalur perkerisan itu adalah jalan yang ditempuhnya, sama dengan jalan agama, sebagai darma-bakti-nya kepada Tuhan. Dalam perjalanan menjadi seorang empu keris, seseorang harus menguasai pengetahuan agama (agama pada waktu itu) dan ritual keagamaan, kebatinan dan spiritual, yang kemudian dituangkan dalam bentuk keris.
Derajat seorang empu keris dalam dunia keagamaan sangat dihormati setingkat dengan seorang pemuka agama, seorang brahmana atau seorang panembahan. Seorang empu keris juga kerap diminta untuk memimpin ritual yang mirip dengan ritual keagamaan, misalnya ritual bersih desa, selametan, syukuran, ruwatan sengkolo, pembersihan dan pemberkatan pembukaan lahan baru, pengangkatan pejabat / pembesar kerajaan / kadipaten / kabupaten, dsb. Seringkali seorang empu keris juga menjadi tempat bertanya bagi rakyat bahkan raja mengenai permasalahan kehidupan, kearifan keagamaan, bahkan mengenai aspek kenegaraan dan suksesi pemerintahan.
Sesuai kepercayaan keagamaan pada masa itu sebuah keris yang diterima langsung dari seorang empu keris juga dianggap sebagai 'berkah' dan perkenan Dewa bagi si penerima keris. Itulah sebabnya keris-keris yang diterima langsung dari seorang empu keris akan menjadi pusaka bagi si penerima keris dan akan sangat dipelihara dan dijaga olehnya, bahkan akan 'dikeramatkan', lebih daripada sekedar jimat dan senjata, karena sebuah keris adalah bentuk "restu Tuhan" dan berisi doa-doa keselamatan dan kesejahteran dari seorang spiritualis dan pemuka agama untuk si pemilik keris, selain karena keris itu juga melambangkan kehormatan pemiliknya.
3. Seorang empu keris adalah seorang yang sudah mandito, sama dengan seorang brahmana atau panembahan (walaupun mungkin umurnya masih muda). Dia tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Justru pamrih atas kekayaan itu akan menjadi penghambat pekerjaannya, karena dia harus selalu menekuni berbagai laku prihatin dan tirakat untuk dapat terus berkarya. Bahkan mungkin seumur hidupnya sebagai seorang empu keris, dia sama sekali tidak pernah menikmati kekayaannya, karena harus selalu menjalani laku prihatin dan tirakat untuk menjaga spiritualitasnya. Mungkin satu-satunya yang dia nikmati adalah rasa bangga, bahagia, rasa terima kasih, penghormatan dan penghargaan dari seseorang yang keris pesanannya telah selesai dibuat dan telah diserahkan kepadanya.
Seorang empu keris tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Empu-empu keris ternama, yang pesanan kerisnya banyak berasal dari seorang raja, pembesar kerajaan dan para bangsawan, dan orang-orang kaya, mereka tidak memasang tarif atau harga, tetapi setelah keris pesanannya selesai dibuat dan diserahkan kepada pemesannya, biasanya sang empu mendapatkan penghargaan berupa materi yang banyak, bahkan juga dianugerahi gelar kebangsawanan dan jabatan kepala daerah atau kekuasaan atas tanah dan wilayah yang luas yang diberikan kepadanya. Walaupun mendapatkan imbalan berlimpah, sang empu keris dan keluarganya juga tidak hidup bermewah-mewah. Biasanya anak-anaknya pun akan meneladani kehidupan ayahnya, bersama cantrik-cantrik yang lain membantu dan mendampingi sang empu dalam pembuatan keris berikut laku prihatin dan tirakatnya. Biasanya mereka menjadi keluarga yang sangat religius dan menjadi panutan banyak orang.
4. Tidak seperti orang jaman sekarang dalam membuat sebuah jimat, yang seringkali hanya dibutuhkan bacaan amalan / mantra saja dan sesaji kembang atau minyak, pembuatan keris lebih daripada itu. Dan walaupun ada juga keris-keris yang dibuat secara masal, terutama pesanan dari kerajaan, kadipaten dan kabupaten untuk keseragaman senjata tingkatan prajurit (biasanya jenis tombak) dan keris-keris yang untuk rakyat umum, tetap saja laku ritualnya dilakukan secara khusus, apalagi untuk membuat keris yang bersifat pesanan individu. Itu adalah bentuk tanggung jawab moral sang empu supaya keris-keris buatannya memiliki tuah yang baik bagi pemiliknya.
Tidak ada kata pasrah kepada Tuhan dalam proses pembuatan keris dan dalam mendatangkan gaib keris, karena harus sesuai dengan orang yang akan menjadi pemiliknya. Semua persyaratan dan daya upaya dilakukan supaya hasilnya sesuai dengan tujuannya. Itulah yang disebut laku. Itu adalah wujud tanggung jawab moral dari sang empu. Karena itu dalam satu pesanan keris yang bersifat khusus biasanya oleh sang empu tidak hanya dibuat satu keris, minimal dibuat dua. Dari kedua keris itu akan dipilih salah satu yang paling cocok dengan karakter si pemesan. Sedangkan yang satunya lagi akan diberikannya kepada orang lain yang dianggapnya sesuai dengan karakter keris tersebut, setelah dilakukan pembedaan pada kerisnya, tentunya.
5. Bentuk keris, karakter gaib keris dan tingkat kesaktiannya selalu disesuaikan dengan status, karakter dan kehidupan pemiliknya. Mengenai kelengkapan dan kemewahan keris adalah tergantung akan diberikan kepada siapa keris itu nantinya. Selain kesanggupan untuk membayar biaya pembuatan keris, status pribadi si pemilik keris di masyarakat itulah yang menentukan kepantasan keris yang akan dia kenakan. Semakin tinggi status duniawi sang pemilik keris, maka akan semakin lengkap dan mewah hiasan kerisnya.
Contoh :
- Sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten memiliki hiasan dan kelengkapan aksesoris emas dan intan yang mahal dan mewah, memiliki tingkat kesaktian yang tinggi, dan tuahnya melingkupi area kekuasaan kerajaan, karena sejak awal pembuatannya keris-keris tersebut memang ditujukan bukan hanya akan menjadi sebuah pusaka andalan sebuah kerajaan, tetapi juga akan menjadi lambang kebesaran sebuah keraton, sehingga bukan hanya harus sakti, tetapi juga harus mewah dan berwibawa dan berkuasa di wilayahnya.
Penggunaan bahan meteorit dalam bahan keris biasanya akan menimbulkan gambar / motif pada badan keris yang disebut pamor keris. Tetapi penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Nagasasra sama sekali tidak menimbulkan motif pamor. Satu-satunya gambar yang ada pada badan kerisnya adalah gambar naga yang terbuat dari emas. Begitu juga penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Sengkelat yang sama sekali tidak menimbulkan motif pamor, karena keris tersebut keleng, hitam gelap tidak berpamor. Ini juga adalah salah satu keistimewaan teknis penempaan logam sang empu pembuat kerisnya.
Sepasang keris Nagasasra - Sabuk Inten dan keris Sengkelat adalah hasil karya yang luar biasa, sebuah maha karya dalam dunia perkerisan. Keris-keris tersebut mendapatkan banyak pujian dan pengakuan dari dunia perkerisan dan banyak orang yang ingin memilikinya, sehingga banyak dibuat tiruannya.
- Keris Sengkelat, sebuah keris yang sangat indah bentuknya dan sangat tinggi kualitas tempaan logamnya, tetapi sangat sederhana dan sama sekali tidak memiliki aksesoris mewah dan hitam gelap tidak berpamor (keleng), tetapi lebih sakti daripada sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Sesuai karakter kerisnya, keris ini ditujukan untuk seseorang yang berwatak ksatria, aktif membela kebenaran dan menolong orang-orang yang tertindas. Bahkan bila keris-keris lain sudah tidak mampu lagi bertindak, maka keris ini selalu siap sedia kapan saja diperlukan oleh sang ksatria untuk bertindak.
Keris-keris yang ditujukan untuk digunakan oleh seorang ksatria pilihan, biasanya dibuat khusus dari bahan-bahan pilihan dan bentuknya indah sesuai penghormatan sang empu pada watak ksatrianya, tetapi tidak mempunyai hiasan-hiasan mewah pada badan kerisnya maupun sarungnya. Biasanya kesaktian keris tersebut lebih tinggi daripada kesaktian rata-rata keris, berguna untuk mengalahkan kesaktian lawan-lawannya dan untuk menandingi kesaktian pusaka yang disalahgunakan untuk kejahatan dan kezaliman.
Biasanya, seorang empu keris, ketika sedang tidak sibuk mengerjakan pesanan keris, mereka membuat sebuah keris, yang kemudian setelah selesai pembuatannya akan disimpannya sendiri. Ke dalam keris itu dituangkannya isi hatinya, doa-doa keselamatan, kesejahteraan dan perlindungan untuk orang-orang yang lemah dan tertindas. Walaupun sederhana tanpa hiasan mewah, tetapi bentuk kerisnya akan dibuat indah dan berisi kesaktian gaib yang tinggi. Suatu hari ketika telah bertemu dengan seorang ksatria yang dia merasa cocok dan berkenan, maka akan diberikannya keris itu kepadanya. Keris-keris jenis ini biasanya akan aktif berinteraksi dengan kebatinan pemiliknya, walaupun kerisnya sedang tidak dikeluarkan dari sarungnya, karena berisi harapan dan doa sang empu keris, supaya keris itu selalu bermanfaat untuk keselamatan dan kesejahteraan banyak orang.
- Karena keris Sengkelat terkenal keindahan dan kesaktiannya, mungkin ada seorang bupati / adipati yang juga memesan sebuah keris berdapur sengkelat kepada seorang empu keris. Jika si pemesan itu dalam kesehariannya tidak aktif membela kebenaran, menolong orang yang tertindas, maka sifat orang itu tidak sesuai dengan watak keris sengkelat. Sang empu yang mengetahui karakter si pemesan tersebut tidak akan mendatangkan gaib keris yang berkarakter sama dengan gaib keris sengkelat.
Supaya sesuai dengan karakter pemiliknya, maka mungkin yang kemudian didatangkannya adalah gaib keris yang berkarakter sama dengan keris pulanggeni atau singa barong, untuk kebangsawanan. Dengan demikian walaupun kerisnya sakti dan berdapur sengkelat, tetapi watak kerisnya tidak sejalan dengan watak keris sengkelat. Lagipula, mungkin kemudian keris berdapur sengkelat tersebut akan diberi banyak hiasan mewah sesuai status si pemesan, yang jelas akan tidak sejalan dengan kesederhanaan watak keris sengkelat.
- Keris-keris yang khusus dibuat untuk seorang raja, adipati atau bupati, pasti mewah dan sakti dan tuahnya selalu terkait dengan wibawa kekuasaan, karena seorang kepala pemerintahan harus berwibawa dan harus senantiasa mengayomi dan melindungi orang-orang di wilayah kekuasaannya.
- Seorang senopati atau panglima perang, walaupun memiliki banyak kekayaan sesuai status dan jabatannya, tetapi tidak selalu hidup mewah. Hidup mereka keras dan disiplin, penuh tanggung jawab. Mungkin hidup mereka penuh dengan peperangan dan pertarungan. Sesuai karakter dan kehidupan mereka, maka keris-keris yang diperuntukkan bagi mereka biasanya adalah keris-keris sakti, berbiaya tinggi karena dibuat dari bahan-bahan yang baik untuk keris tarung, dan memiliki simbol-simbol sebagai tanda status mereka di kerajaan, tetapi bentuknya sederhana, dan sekalipun juga memiliki kelengkapan mewah pada kerisnya, tetapi tidak semewah keris-keris untuk pembesar lain.
- Berbeda dengan keris-keris untuk para saudagar / orang-orang kaya dan pejabat / pembesar yang sering menjadi “tikus kantor” dan menggerogoti wibawa dan harta kerajaan. Sesuai pesanan mereka, keris-keris untuk mereka biasanya penuh dengan hiasan mewah, karena disesuaikan dengan pemakainya yang biasanya mengagungkan statusnya di masyarakat dan menonjolkan kekayaan dan kemewahan. Keris-keris untuk mereka biasanya dibuat dari bahan yang bagus dan dibuat mewah, meliputi badan keris yang berkinatah emas, sarung keris dari jenis kayu yang mahal dan diselimuti pendok emas, gagang keris dengan mendak dan salut berbalut emas dan intan dan ganja keris berkinatah emas, sehingga walaupun tidak dikeluarkan dari sarungnya, kemewahan kerisnya tampak jelas terlihat dari luar.
Keris-keris untuk mereka tingkat kesaktiannya relatif lebih rendah daripada keris yang diperuntukkan untuk seorang ksatria atau senopati / panglima perang, tetapi cukup sakti karena disesuaikan juga dengan tingkat kesaktian yang diperlukan untuk menjaga kewibawaan mereka dan untuk melindungi mereka dari serangan gaib yang mungkin ditujukan kepada mereka, dan tetap lebih sakti daripada keris-keris yang diperuntukkan untuk prajurit dan rakyat kebanyakan.
- Keris untuk rakyat biasa. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, sesuai budaya dan kebiasaan mereka untuk merendahkan hati. Biasanya keris-keris untuk mereka dibuat masal, sehingga biaya pembuatannya menjadi rendah dan harganya terjangkau untuk rakyat umum. Sesuai pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kerejekian, kesuburan dan ketentraman keluarga.
- Keris-keris pribadi sang empu keris, keris untuk seorang panembahan dan keris untuk raja atau keluarga raja yang sudah mandito. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, tetapi sakti. Sesuai kondisi kebatinan pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kharisma pengayoman dan kesepuhan, auranya teduh dan tidak angker, tetapi pasti sakti karena berguna untuk melindungi rakyat dan orang-orang yang berlindung kepada mereka (juga supaya sebanding dengan panembahan itu sendiri yang biasanya juga sakti).
- Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem.
Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem adalah jenis-jenis pusaka yang sangat sederhana bentuk dan modelnya dan sejak dulu sampai sekarang tidak banyak mendapatkan sentuhan variasi di dalam pembuatannya. Karena kesederhanaannya itu tidak banyak orang yang memberikan perhatian atau keinginan untuk memilikinya.
Tetapi satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa keris-keris tua berdapur banyak angrem ternyata memiliki keistimewaan dan kekuatan kegaiban yang jauh lebih baik daripada keris-keris atau pun pusaka-pusaka jenis lain yang umum.
Pada awal pembuatannya, keris-keris banyak angrem biasanya menjadi pusaka pribadi seorang empu keris / panembahan / pemuka kerohanian, tetapi banyak juga yang kemudian diberikan kepada raja-raja dan orang-orang yang sedang berkuasa untuk keteduhan dan pengayoman moral. Tetapi karena bentuknya yang sederhana dan ketidaktahuan manusia akan manfaatnya, banyak jenis keris itu yang diterlantarkan, tidak diinginkan dan / atau diberikan kepada orang lain, sehingga hilang dari daftar perbendaharaan pusaka.
Gaib dari keris-keris banyak angrem memiliki sifat karakter yang mirip dengan sifat karakter gaib mustika keong buntet dan kegaiban di dalam perkutut majapahit. Keris-keris banyak angrem bisa memberikan tuah apa saja yang bisa diberikan oleh keris-keris dan pusaka lain, tuah-tuah untuk kesaktian, keselamatan, wibawa kekuasaan, kerejekian, pengasihan, pengobatan gaib, keilmuan, kesepuhan, pengayoman dan banyak macam kegaiban lain sesuai yang diinginkan oleh pemiliknya (banyak fungsinya).
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem bila sudah cocok dengan manusia pemiliknya atau pembawanya, akan menyelaraskan dirinya dan membantu setiap usaha / aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut, apalagi bila orang tersebut menunjukkan rasa sayang dan merawatnya dan dapat mengsugesti sang gaib keris untuk membantunya.
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem berkarakter seperti Dewa Semar, yaitu berwatak keras dan berwibawa, tetapi bersifat mengayomi seperti orang tua, sehingga sifat wataknya serupa dengan keris tindih, dan mampu meredam gangguan / keanehan gaib dari jimat, pusaka atau gaib-gaib lain di sekitarnya. Tuah dari keris-keris ini juga melunturkan (meredam) ilmu kesaktian dan jimat / pusaka yang bersifat agresif dan menonjolkan kegagahan.
1. Profesi sebagai seorang empu keris tidak seperti yang dipikirkan oleh manusia jaman sekarang bahwa seorang empu perkerisan adalah sama dengan seorang pandai besi atau pengrajin keris.
Seorang empu keris jaman dulu sama sekali tidak dapat disamakan dengan itu. Disamakan dengan pengrajin benda-benda senjata saja tidak bisa, apalagi disamakan dengan seorang pandai besi atau pengrajin yang membuat alat-alat pertanian dan perlengkapan memasak. Keris-keris hasil karya mereka pun tidak dapat disamakan dengan golok, pisau, kapak, arit, atau jenis senjata lain. Seorang empu keris juga tidak dapat disamakan dengan pedagang dan pengrajin keris jaman sekarang, juga tidak dapat disamakan dengan praktisi paranormal dan praktisi ilmu gaib jaman sekarang.
Dalam pembuatan keris-kerisnya empu keris jaman dulu mendatangkan gaib keris jenis wahyu, karena selain bisa dipastikan bahwa gaib kerisnya itu adalah dari golongan yang baik, juga supaya perpaduan antara wahyu dewa yang sudah ada pada diri si pemilik keris dengan gaib wahyu dari kerisnya bisa menghasilkan suatu sinergi kegaiban yang selaras dan berlipat-lipat ganda kekuatan pengaruhnya. Dengan keris buatannya itu si empu keris memadukan kinerja wahyu dewa yang ada pada diri seseorang dengan wahyu gaib keris buatannya, suatu tindakan spiritual yang sangat tinggi yang tidak dapat dicapai kebanyakan manusia jaman sekarang yang hanya sampai pada tahapan kebatinan atau ilmu gaib / khodam saja, yang mampu membuat jimat beserta kegaibannya, tetapi tidak mengetahui ada / tidaknya suatu wahyu pada diri seseorang, apalagi memadukannya.
Itulah sebabnya dalam membuat keris para empu melakukan berbagai proses ritual gaib, yang menurut pandangan awam jaman sekarang dianggap tidak perlu lagi dan para empu keris jaman sekarang pun sudah tidak lagi melakukan yang sedemikian itu. Berbagai proses ritual itu memang suatu keharusan supaya keris yang dihasilkan oleh si empu benar-benar sempurna sebagai pendamping manusia pemiliknya. Berbagai proses ritual tersebut justru dilakukan oleh para empu karena mereka benar-benar menguasai bidangnya dan tercapainya tujuan seperti tertulis di atas, hanya mereka yang menguasai spiritual tingkat tinggi saja yang mampu melakukannya. Jelas sekali bahwa seorang empu keris lebih daripada sekedar seorang pengrajin keris atau seorang pandai besi atau seorang dukun / paranormal jaman sekarang.
2. Seorang empu keris adalah seorang yang secara spiritual keagamaan mendarma-baktikan hidupnya kepada “Tuhan” – nya melalui jalur perkerisan. Jalur perkerisan itu adalah jalan yang ditempuhnya, sama dengan jalan agama, sebagai darma-bakti-nya kepada Tuhan. Dalam perjalanan menjadi seorang empu keris, seseorang harus menguasai pengetahuan agama (agama pada waktu itu) dan ritual keagamaan, kebatinan dan spiritual, yang kemudian dituangkan dalam bentuk keris.
Derajat seorang empu keris dalam dunia keagamaan sangat dihormati setingkat dengan seorang pemuka agama, seorang brahmana atau seorang panembahan. Seorang empu keris juga kerap diminta untuk memimpin ritual yang mirip dengan ritual keagamaan, misalnya ritual bersih desa, selametan, syukuran, ruwatan sengkolo, pembersihan dan pemberkatan pembukaan lahan baru, pengangkatan pejabat / pembesar kerajaan / kadipaten / kabupaten, dsb. Seringkali seorang empu keris juga menjadi tempat bertanya bagi rakyat bahkan raja mengenai permasalahan kehidupan, kearifan keagamaan, bahkan mengenai aspek kenegaraan dan suksesi pemerintahan.
Sesuai kepercayaan keagamaan pada masa itu sebuah keris yang diterima langsung dari seorang empu keris juga dianggap sebagai 'berkah' dan perkenan Dewa bagi si penerima keris. Itulah sebabnya keris-keris yang diterima langsung dari seorang empu keris akan menjadi pusaka bagi si penerima keris dan akan sangat dipelihara dan dijaga olehnya, bahkan akan 'dikeramatkan', lebih daripada sekedar jimat dan senjata, karena sebuah keris adalah bentuk "restu Tuhan" dan berisi doa-doa keselamatan dan kesejahteran dari seorang spiritualis dan pemuka agama untuk si pemilik keris, selain karena keris itu juga melambangkan kehormatan pemiliknya.
3. Seorang empu keris adalah seorang yang sudah mandito, sama dengan seorang brahmana atau panembahan (walaupun mungkin umurnya masih muda). Dia tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Justru pamrih atas kekayaan itu akan menjadi penghambat pekerjaannya, karena dia harus selalu menekuni berbagai laku prihatin dan tirakat untuk dapat terus berkarya. Bahkan mungkin seumur hidupnya sebagai seorang empu keris, dia sama sekali tidak pernah menikmati kekayaannya, karena harus selalu menjalani laku prihatin dan tirakat untuk menjaga spiritualitasnya. Mungkin satu-satunya yang dia nikmati adalah rasa bangga, bahagia, rasa terima kasih, penghormatan dan penghargaan dari seseorang yang keris pesanannya telah selesai dibuat dan telah diserahkan kepadanya.
Seorang empu keris tetap membutuhkan materi duniawi, terutama untuk istri dan anak-anaknya, tetapi secara pribadi tidak memiliki pamrih atas kekayaan. Empu-empu keris ternama, yang pesanan kerisnya banyak berasal dari seorang raja, pembesar kerajaan dan para bangsawan, dan orang-orang kaya, mereka tidak memasang tarif atau harga, tetapi setelah keris pesanannya selesai dibuat dan diserahkan kepada pemesannya, biasanya sang empu mendapatkan penghargaan berupa materi yang banyak, bahkan juga dianugerahi gelar kebangsawanan dan jabatan kepala daerah atau kekuasaan atas tanah dan wilayah yang luas yang diberikan kepadanya. Walaupun mendapatkan imbalan berlimpah, sang empu keris dan keluarganya juga tidak hidup bermewah-mewah. Biasanya anak-anaknya pun akan meneladani kehidupan ayahnya, bersama cantrik-cantrik yang lain membantu dan mendampingi sang empu dalam pembuatan keris berikut laku prihatin dan tirakatnya. Biasanya mereka menjadi keluarga yang sangat religius dan menjadi panutan banyak orang.
4. Tidak seperti orang jaman sekarang dalam membuat sebuah jimat, yang seringkali hanya dibutuhkan bacaan amalan / mantra saja dan sesaji kembang atau minyak, pembuatan keris lebih daripada itu. Dan walaupun ada juga keris-keris yang dibuat secara masal, terutama pesanan dari kerajaan, kadipaten dan kabupaten untuk keseragaman senjata tingkatan prajurit (biasanya jenis tombak) dan keris-keris yang untuk rakyat umum, tetap saja laku ritualnya dilakukan secara khusus, apalagi untuk membuat keris yang bersifat pesanan individu. Itu adalah bentuk tanggung jawab moral sang empu supaya keris-keris buatannya memiliki tuah yang baik bagi pemiliknya.
Tidak ada kata pasrah kepada Tuhan dalam proses pembuatan keris dan dalam mendatangkan gaib keris, karena harus sesuai dengan orang yang akan menjadi pemiliknya. Semua persyaratan dan daya upaya dilakukan supaya hasilnya sesuai dengan tujuannya. Itulah yang disebut laku. Itu adalah wujud tanggung jawab moral dari sang empu. Karena itu dalam satu pesanan keris yang bersifat khusus biasanya oleh sang empu tidak hanya dibuat satu keris, minimal dibuat dua. Dari kedua keris itu akan dipilih salah satu yang paling cocok dengan karakter si pemesan. Sedangkan yang satunya lagi akan diberikannya kepada orang lain yang dianggapnya sesuai dengan karakter keris tersebut, setelah dilakukan pembedaan pada kerisnya, tentunya.
5. Bentuk keris, karakter gaib keris dan tingkat kesaktiannya selalu disesuaikan dengan status, karakter dan kehidupan pemiliknya. Mengenai kelengkapan dan kemewahan keris adalah tergantung akan diberikan kepada siapa keris itu nantinya. Selain kesanggupan untuk membayar biaya pembuatan keris, status pribadi si pemilik keris di masyarakat itulah yang menentukan kepantasan keris yang akan dia kenakan. Semakin tinggi status duniawi sang pemilik keris, maka akan semakin lengkap dan mewah hiasan kerisnya.
Contoh :
- Sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten memiliki hiasan dan kelengkapan aksesoris emas dan intan yang mahal dan mewah, memiliki tingkat kesaktian yang tinggi, dan tuahnya melingkupi area kekuasaan kerajaan, karena sejak awal pembuatannya keris-keris tersebut memang ditujukan bukan hanya akan menjadi sebuah pusaka andalan sebuah kerajaan, tetapi juga akan menjadi lambang kebesaran sebuah keraton, sehingga bukan hanya harus sakti, tetapi juga harus mewah dan berwibawa dan berkuasa di wilayahnya.
Penggunaan bahan meteorit dalam bahan keris biasanya akan menimbulkan gambar / motif pada badan keris yang disebut pamor keris. Tetapi penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Nagasasra sama sekali tidak menimbulkan motif pamor. Satu-satunya gambar yang ada pada badan kerisnya adalah gambar naga yang terbuat dari emas. Begitu juga penggunaan bahan meteorit dalam pembuatan keris Sengkelat yang sama sekali tidak menimbulkan motif pamor, karena keris tersebut keleng, hitam gelap tidak berpamor. Ini juga adalah salah satu keistimewaan teknis penempaan logam sang empu pembuat kerisnya.
Sepasang keris Nagasasra - Sabuk Inten dan keris Sengkelat adalah hasil karya yang luar biasa, sebuah maha karya dalam dunia perkerisan. Keris-keris tersebut mendapatkan banyak pujian dan pengakuan dari dunia perkerisan dan banyak orang yang ingin memilikinya, sehingga banyak dibuat tiruannya.
- Keris Sengkelat, sebuah keris yang sangat indah bentuknya dan sangat tinggi kualitas tempaan logamnya, tetapi sangat sederhana dan sama sekali tidak memiliki aksesoris mewah dan hitam gelap tidak berpamor (keleng), tetapi lebih sakti daripada sepasang keris Nagasasra dan Sabuk Inten. Sesuai karakter kerisnya, keris ini ditujukan untuk seseorang yang berwatak ksatria, aktif membela kebenaran dan menolong orang-orang yang tertindas. Bahkan bila keris-keris lain sudah tidak mampu lagi bertindak, maka keris ini selalu siap sedia kapan saja diperlukan oleh sang ksatria untuk bertindak.
Keris-keris yang ditujukan untuk digunakan oleh seorang ksatria pilihan, biasanya dibuat khusus dari bahan-bahan pilihan dan bentuknya indah sesuai penghormatan sang empu pada watak ksatrianya, tetapi tidak mempunyai hiasan-hiasan mewah pada badan kerisnya maupun sarungnya. Biasanya kesaktian keris tersebut lebih tinggi daripada kesaktian rata-rata keris, berguna untuk mengalahkan kesaktian lawan-lawannya dan untuk menandingi kesaktian pusaka yang disalahgunakan untuk kejahatan dan kezaliman.
Biasanya, seorang empu keris, ketika sedang tidak sibuk mengerjakan pesanan keris, mereka membuat sebuah keris, yang kemudian setelah selesai pembuatannya akan disimpannya sendiri. Ke dalam keris itu dituangkannya isi hatinya, doa-doa keselamatan, kesejahteraan dan perlindungan untuk orang-orang yang lemah dan tertindas. Walaupun sederhana tanpa hiasan mewah, tetapi bentuk kerisnya akan dibuat indah dan berisi kesaktian gaib yang tinggi. Suatu hari ketika telah bertemu dengan seorang ksatria yang dia merasa cocok dan berkenan, maka akan diberikannya keris itu kepadanya. Keris-keris jenis ini biasanya akan aktif berinteraksi dengan kebatinan pemiliknya, walaupun kerisnya sedang tidak dikeluarkan dari sarungnya, karena berisi harapan dan doa sang empu keris, supaya keris itu selalu bermanfaat untuk keselamatan dan kesejahteraan banyak orang.
- Karena keris Sengkelat terkenal keindahan dan kesaktiannya, mungkin ada seorang bupati / adipati yang juga memesan sebuah keris berdapur sengkelat kepada seorang empu keris. Jika si pemesan itu dalam kesehariannya tidak aktif membela kebenaran, menolong orang yang tertindas, maka sifat orang itu tidak sesuai dengan watak keris sengkelat. Sang empu yang mengetahui karakter si pemesan tersebut tidak akan mendatangkan gaib keris yang berkarakter sama dengan gaib keris sengkelat.
Supaya sesuai dengan karakter pemiliknya, maka mungkin yang kemudian didatangkannya adalah gaib keris yang berkarakter sama dengan keris pulanggeni atau singa barong, untuk kebangsawanan. Dengan demikian walaupun kerisnya sakti dan berdapur sengkelat, tetapi watak kerisnya tidak sejalan dengan watak keris sengkelat. Lagipula, mungkin kemudian keris berdapur sengkelat tersebut akan diberi banyak hiasan mewah sesuai status si pemesan, yang jelas akan tidak sejalan dengan kesederhanaan watak keris sengkelat.
- Keris-keris yang khusus dibuat untuk seorang raja, adipati atau bupati, pasti mewah dan sakti dan tuahnya selalu terkait dengan wibawa kekuasaan, karena seorang kepala pemerintahan harus berwibawa dan harus senantiasa mengayomi dan melindungi orang-orang di wilayah kekuasaannya.
- Seorang senopati atau panglima perang, walaupun memiliki banyak kekayaan sesuai status dan jabatannya, tetapi tidak selalu hidup mewah. Hidup mereka keras dan disiplin, penuh tanggung jawab. Mungkin hidup mereka penuh dengan peperangan dan pertarungan. Sesuai karakter dan kehidupan mereka, maka keris-keris yang diperuntukkan bagi mereka biasanya adalah keris-keris sakti, berbiaya tinggi karena dibuat dari bahan-bahan yang baik untuk keris tarung, dan memiliki simbol-simbol sebagai tanda status mereka di kerajaan, tetapi bentuknya sederhana, dan sekalipun juga memiliki kelengkapan mewah pada kerisnya, tetapi tidak semewah keris-keris untuk pembesar lain.
- Berbeda dengan keris-keris untuk para saudagar / orang-orang kaya dan pejabat / pembesar yang sering menjadi “tikus kantor” dan menggerogoti wibawa dan harta kerajaan. Sesuai pesanan mereka, keris-keris untuk mereka biasanya penuh dengan hiasan mewah, karena disesuaikan dengan pemakainya yang biasanya mengagungkan statusnya di masyarakat dan menonjolkan kekayaan dan kemewahan. Keris-keris untuk mereka biasanya dibuat dari bahan yang bagus dan dibuat mewah, meliputi badan keris yang berkinatah emas, sarung keris dari jenis kayu yang mahal dan diselimuti pendok emas, gagang keris dengan mendak dan salut berbalut emas dan intan dan ganja keris berkinatah emas, sehingga walaupun tidak dikeluarkan dari sarungnya, kemewahan kerisnya tampak jelas terlihat dari luar.
Keris-keris untuk mereka tingkat kesaktiannya relatif lebih rendah daripada keris yang diperuntukkan untuk seorang ksatria atau senopati / panglima perang, tetapi cukup sakti karena disesuaikan juga dengan tingkat kesaktian yang diperlukan untuk menjaga kewibawaan mereka dan untuk melindungi mereka dari serangan gaib yang mungkin ditujukan kepada mereka, dan tetap lebih sakti daripada keris-keris yang diperuntukkan untuk prajurit dan rakyat kebanyakan.
- Keris untuk rakyat biasa. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, sesuai budaya dan kebiasaan mereka untuk merendahkan hati. Biasanya keris-keris untuk mereka dibuat masal, sehingga biaya pembuatannya menjadi rendah dan harganya terjangkau untuk rakyat umum. Sesuai pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kerejekian, kesuburan dan ketentraman keluarga.
- Keris-keris pribadi sang empu keris, keris untuk seorang panembahan dan keris untuk raja atau keluarga raja yang sudah mandito. Biasanya bentuknya sederhana dan tidak memiliki hiasan-hiasan yang mewah, tetapi sakti. Sesuai kondisi kebatinan pemiliknya, biasanya tuah utama keris-keris tersebut bukan untuk kesaktian, tetapi untuk kharisma pengayoman dan kesepuhan, auranya teduh dan tidak angker, tetapi pasti sakti karena berguna untuk melindungi rakyat dan orang-orang yang berlindung kepada mereka (juga supaya sebanding dengan panembahan itu sendiri yang biasanya juga sakti).
- Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem.
Keris-keris tua berdapur Banyak Angrem adalah jenis-jenis pusaka yang sangat sederhana bentuk dan modelnya dan sejak dulu sampai sekarang tidak banyak mendapatkan sentuhan variasi di dalam pembuatannya. Karena kesederhanaannya itu tidak banyak orang yang memberikan perhatian atau keinginan untuk memilikinya.
Tetapi satu hal yang tidak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa keris-keris tua berdapur banyak angrem ternyata memiliki keistimewaan dan kekuatan kegaiban yang jauh lebih baik daripada keris-keris atau pun pusaka-pusaka jenis lain yang umum.
Pada awal pembuatannya, keris-keris banyak angrem biasanya menjadi pusaka pribadi seorang empu keris / panembahan / pemuka kerohanian, tetapi banyak juga yang kemudian diberikan kepada raja-raja dan orang-orang yang sedang berkuasa untuk keteduhan dan pengayoman moral. Tetapi karena bentuknya yang sederhana dan ketidaktahuan manusia akan manfaatnya, banyak jenis keris itu yang diterlantarkan, tidak diinginkan dan / atau diberikan kepada orang lain, sehingga hilang dari daftar perbendaharaan pusaka.
Gaib dari keris-keris banyak angrem memiliki sifat karakter yang mirip dengan sifat karakter gaib mustika keong buntet dan kegaiban di dalam perkutut majapahit. Keris-keris banyak angrem bisa memberikan tuah apa saja yang bisa diberikan oleh keris-keris dan pusaka lain, tuah-tuah untuk kesaktian, keselamatan, wibawa kekuasaan, kerejekian, pengasihan, pengobatan gaib, keilmuan, kesepuhan, pengayoman dan banyak macam kegaiban lain sesuai yang diinginkan oleh pemiliknya (banyak fungsinya).
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem bila sudah cocok dengan manusia pemiliknya atau pembawanya, akan menyelaraskan dirinya dan membantu setiap usaha / aktivitas yang dilakukan oleh orang tersebut, apalagi bila orang tersebut menunjukkan rasa sayang dan merawatnya dan dapat mengsugesti sang gaib keris untuk membantunya.
Gaib di dalam keris-keris banyak angrem berkarakter seperti Dewa Semar, yaitu berwatak keras dan berwibawa, tetapi bersifat mengayomi seperti orang tua, sehingga sifat wataknya serupa dengan keris tindih, dan mampu meredam gangguan / keanehan gaib dari jimat, pusaka atau gaib-gaib lain di sekitarnya. Tuah dari keris-keris ini juga melunturkan (meredam) ilmu kesaktian dan jimat / pusaka yang bersifat agresif dan menonjolkan kegagahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar