Ratusan Benda Pusaka Dipamerkan
Salah satu pengunjung mengamati keris dan tombak, yang dipamerkan
BANGKALAN – Ratusan koleksi benda pusaka dipamerkan secara khusus di pelataran Museum Cakraningrat, Jalan Soekarno-Hatta Bangkalan.
Praktis, pameran yang melibatkan puluhan kolektor benda pusaka tersebut, menyedot perhatian warga yang berasal dari beberapa golongan.
Dalam pameran tersebut, terdapat beberapa jenis keris yang mendapat perhatian khusus dari para pencinta benda pusaka, di antara koleksi keris Nogo Bayu, Nogo Sosro dan Ki Tunggal Panto. Masing-masing keris, dipercaya memiliki keunggulan tersendiri bila dipakai oleh pemiliknya.
“Kalau keris ini (Ki Tunggal Panto), bisa membuat laki-laki perkasa saat berhubungan seks. Caranya, taruh saja di bawah bantal, sebelum melakukan hubungan suami istri,” ujar A Hamit TN, salah satu kolektor benda pusaka asal Kecamatan Kota Bangkalan, Senin (11/1/2010).
Hamit yang memamerkan sekitar 20 benda pusaka, juga mempunyai keris yang bisa dibuat untuk mengobati berbagai penyakit, mulai dari asam urat hingga darah tinggi. Cuma, dia mengaku ada syarat-syarat tertentu yang harus dilakukan, sebelum menjalani proses pengobatan dengan media dari keris.
Sayang, para kolektor benda pusaka yang ikut dalam pameran tersebut, termasuk Hamit sendiri tidak berkenan untuk menjual benda jenis keris dan tombak. Sebaliknya, para pengunjung hanya sebatas bisa untuk melihat, memegang, dan bertanya tentang keunggulan dari pusaka kuno tersebut.
“Ini hanya untuk dipamerkan saja, tidak untuk dijual. Saya sendiri juga tidak mau menjualnya,” tegasnya.
Sementara itu, salah satu panitia pameran benda pusaka, Dinas Pariwisata Bangkalan Hasan menyatakan pameran tersebut sebagai ajang untuk menunjukkan jati diri bangsa, termasuk dalam rangka memelihara benda pusaka peninggalan nenek moyang.
(Subairi/Koran SI/ram)
Tips Menjinakkan Kekuatan Jahat dalam Benda Pusaka
PusakaPusaka Isi atau tuah yang berada dalam benda pusaka akan muncul dengan warna aura atau cahaya menyelubungi sekitar benda. Warna-warna muncul biasanya adalah merah (jelek), hijau (baik), putih (baik dan jelek), dan kuning (baik). Jika menampilkan warna aura yang menyolok mata, maka kemungkinan benda tersebut mempunyai penunggu yang mempunyai kekuatan jahat.
Untuk menjinakkan kekuatan jahat yang berada dalam benda pusaka dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Benda digantung di tembok atau sejenisnya, kemudian dalam keadaan memandang benda pusaka tersebut dari jarak yang tidak terlalu jauh. Cahaya yang akan muncul dari benda pusaka bila merah maka benda tersebut mempunyai sifat yang kasar. Dengan mangadu kekuatan pandangan dengan kekuatan yang ada dalam benda tersebut maka akan memudarkan kekuatan jahat yang berada dalam benda tersebut. Mengadu pandangan dilakukan pada sesaat setelah tengah malam. Cara ini disebut nayuh kekuatan yang berada dalam benda.
Memberikan kayu atau jenis benda bertuah alam yang mempunyai sifat redam. Baiknya kayu atau benda serupa merupakan benda yang benar-benar alami dan belum pernah diisi. Kayu atau benda lain yang mempunyai fungsi dapat meredam kekuatan jahat (panas) dibuat sebagai tempat atau dijadikan bagian dari benda bertuah.
Meredam dalam air sirih, temulawak, dan beberapa kunyit putih setiap tengah malam dan hal ini jika dilakukan tanpa pengawas ahli spiritual, maka bisa terjadi kekuatan jahat dalam benda pusaka akan masuk kedalam orang yang melakukan atau orang terdekatnya.
Mengeluarkan isi yang ada dalam benda pusaka. Setelah isi yang berada dalam benda pusaka dipindah, maka dilakukan pengujian. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh spiritual yang telah mumpuni dan berpengalaman.
Pada benda pusaka dililitkan kawat emas 22-24 karat. Jika memungkinkan maka benda bertuah tersebut diberi hiasan emas. Sebesar apapun emas yang menempel pada benda bertuah akan meredam kekuatan jahat yang ada di dalam benda. Sebelum melakukan hal ini maka hendaknya membersihkan diri dengan berpuasa terlebih dahulu.
Diikat dengan benang putih (lawe atau tali dari kain putih) dengan posisi menyilang. Mengikat benda dengan kuat dan pada pesilangan ikatan ditetesi dengan minyak wangi. Benda kemudian diletakkan ditanah selama 3 hari 3 malam. Setelah itu kemudian ikatan dilepaskan dan benda disimpan dengan kain pembungkus tadi.
Meredan benda dalam air leri (cucian beras) yang telah diberikan tumbukan bengle. Bengle diyakini dapat menghilangkan sawan yang berada dalam benda . (Sawan : kekuatan hitam yang jahat).
Jika aura putih yang muncul dari kekuatan benda bertuah, belum berarti benda itu baik. Tetapi ada kalanya aura tersebut adalah pemunculan penunggu yang berada dalam benda berupa pocong atau sejenisnya. Maka banda tersebut tentunya mempunyai sifat yang jelek. Untuk dapat menghilangkan sifat dari isi benda yang jelek maka untuk meredam kekuatannya dapat dilakukan dengan cara seperti di atas. Untuk mempraktekkan hal-hal di atas, waktu melakukannya setelah jam melewati jam 12 malam dan sebelum jam 3 pagi.
Sumber : Metro gaib
Untuk menjinakkan kekuatan jahat yang berada dalam benda pusaka dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Benda digantung di tembok atau sejenisnya, kemudian dalam keadaan memandang benda pusaka tersebut dari jarak yang tidak terlalu jauh. Cahaya yang akan muncul dari benda pusaka bila merah maka benda tersebut mempunyai sifat yang kasar. Dengan mangadu kekuatan pandangan dengan kekuatan yang ada dalam benda tersebut maka akan memudarkan kekuatan jahat yang berada dalam benda tersebut. Mengadu pandangan dilakukan pada sesaat setelah tengah malam. Cara ini disebut nayuh kekuatan yang berada dalam benda.
Memberikan kayu atau jenis benda bertuah alam yang mempunyai sifat redam. Baiknya kayu atau benda serupa merupakan benda yang benar-benar alami dan belum pernah diisi. Kayu atau benda lain yang mempunyai fungsi dapat meredam kekuatan jahat (panas) dibuat sebagai tempat atau dijadikan bagian dari benda bertuah.
Meredam dalam air sirih, temulawak, dan beberapa kunyit putih setiap tengah malam dan hal ini jika dilakukan tanpa pengawas ahli spiritual, maka bisa terjadi kekuatan jahat dalam benda pusaka akan masuk kedalam orang yang melakukan atau orang terdekatnya.
Mengeluarkan isi yang ada dalam benda pusaka. Setelah isi yang berada dalam benda pusaka dipindah, maka dilakukan pengujian. Hal ini hanya bisa dilakukan oleh spiritual yang telah mumpuni dan berpengalaman.
Pada benda pusaka dililitkan kawat emas 22-24 karat. Jika memungkinkan maka benda bertuah tersebut diberi hiasan emas. Sebesar apapun emas yang menempel pada benda bertuah akan meredam kekuatan jahat yang ada di dalam benda. Sebelum melakukan hal ini maka hendaknya membersihkan diri dengan berpuasa terlebih dahulu.
Diikat dengan benang putih (lawe atau tali dari kain putih) dengan posisi menyilang. Mengikat benda dengan kuat dan pada pesilangan ikatan ditetesi dengan minyak wangi. Benda kemudian diletakkan ditanah selama 3 hari 3 malam. Setelah itu kemudian ikatan dilepaskan dan benda disimpan dengan kain pembungkus tadi.
Meredan benda dalam air leri (cucian beras) yang telah diberikan tumbukan bengle. Bengle diyakini dapat menghilangkan sawan yang berada dalam benda . (Sawan : kekuatan hitam yang jahat).
Jika aura putih yang muncul dari kekuatan benda bertuah, belum berarti benda itu baik. Tetapi ada kalanya aura tersebut adalah pemunculan penunggu yang berada dalam benda berupa pocong atau sejenisnya. Maka banda tersebut tentunya mempunyai sifat yang jelek. Untuk dapat menghilangkan sifat dari isi benda yang jelek maka untuk meredam kekuatannya dapat dilakukan dengan cara seperti di atas. Untuk mempraktekkan hal-hal di atas, waktu melakukannya setelah jam melewati jam 12 malam dan sebelum jam 3 pagi.
Sumber : Metro gaib
Benda Pusaka Peninggalan Bung Karno
Sebilah pusaka besar maknanya bagi Ir. Soekarno. Kecintaannya pada warisan leluhuritu, terlihat dari banyaknya tosan aji yang dimiliki. Salah satu pusaka sakti miliknya, didapat dari Gunung Nabi di Papua saat berkecamuk Perang Dunia (PD II).
ROKLAMATOR RI ini kabarnya memiliki ratusan pusaka. Padahal, putra sang fajar tersebut, dikenal sebagai sosok pria yang rasional dan bervisi jauh ke depan. Kendati demikian, sejarah kehidupannya, ternyata tidak lepas dengan hal-hal yang bersifat spiritual budaya, seperti keris, tombak, dan pusaka lain.
Sadar koleksinya bisa raib, atau lantaran rasa sukanya pada pusaka yang teramat tinggi, beberapa benda pusaka lalu diboyong ke istana.
Selanjutnya, dibuatkan tempat khusus dan dikelola oleh sebuah yayasan.
Adapun yang kedapuk mengurus benda-benda pusaka itu adalah Guruh Soekarnoputra, sebagai Ketua Yayasan Bung Karno yang berdiri sejak 1978. Bagi alumni Fakultas Arkeologi Universiteit van Amsterdam, Belanda ini, merawat pusaka ayahandanya jadi amat mengasyikkan.
Pimpinan Sanggar Tari Swara Mahardika ini pada suatu kesempatan pernah berujar bahwa benda-benda pusaka itu didapat dari leluhur, istana, dan keluarga. Istana yarig dimaksud adalah Istana Merdeka, Istana Bogor, Batutulis, dan lain-lain.
Bentuk pusaka-pusaka itu beragam. Ada keris, tombak, tongkat komando, dan sebagainya. Pusaka Bung Karno kebanyakan berasal dari jalur ayah, kakek moyang yang kebetulan berdarah Majapahit.
Sementara dari nenek atau ibu berasal dari keturunan Raja Buleleng. Dengan begitu ada juga yang berasal dari Singosari. Pusaka itu dikumpulkan sejak Bung Karno masih muda hingga jadi presiden dan sesudahnya. Jumlahnya masih terus diinventarisasi.
Sebab, pusaka itu ada beberapa yang masih di istana dan di keluarga, belum pernah dipanierkan pula. Belum termasuk cindera niata dari negara-negara lain, seperti batu giok dari Cina, pedagang Samurai dari Jepang, dan lainnya. Hingga sekarang, baru sepersepuluh benda peninggalan Bung Karno yang pernah dipamerkan. Keluarga Bung Karno merasa tidak heran bila ada beberapa pihak mengaku memiliki 'tongkat komando' Bung Karno. Sebab, segala sesuatu yang berhubungan dengan Bung Karno, selalu menjadi fenomena menarik. Tidak hanya di dalani negeri, tapi juga di luar negeri. "Kalau : ada yang mengklaim punya,: pusaka Bung Karno asli, itu urusan mereka. Apa pun klaim di luaran, itu terserah mereka," papar Guruh pada sebuah media ibu kota.
Di Keluarga dan Istana
Bung Karno memang punya berbagai model tongkat komando. Tetapi yang paling sering dibawanya pada acara-acara kenegaraan, hanya satu atau dua. Adapun yang paling sering dibawa itu, tak lain sebilah tongkat dan juga keris yang ada di ruang hening.
Lantaran seringnya membawa tongkat saat bepergian, pada akhirnya memunculkan polemik di masyarakat. Tak sedikit warga masyarakat mengaku, memiliki pusaka Bung Karno. Mensikapi polemik tersebut, pihak keluarga tak ingin terpancing. Karena itu, jika ada orang yang mengaku memiliki tongkat atau keris Bung Karno, terlebih dulu harus dibuktikan keasliannya.
Ditegaskannya bahwa pusaka Bung Karno semua ada di keluarga dan di istana. Kalau ada keluarga tertentu merasa mempunyai pusaka, ada proses lanjut apakah bisa dibuktikan kebenarannya atau tidak.
Sejarah mencatat.pada dekade 1942 Bung Karno pernah berada di Babo, Papua. Wilayah ini punya arti dan nilai historis tinggi berkaitan erat dengan 'Keris Pusaka' yang diperoleh Bung Karno dari Gunung Nabi melalui Kaliopes Cosmos Werbete. Dia salah seorang pelaku sejarah setempat. Kepada wartawan dirinya pernah berkisah bahwa Bung Karno berada di Babo ketika Perang Duma (PD) II niasih berkecamuk. Tokoh yang kemudian menjadi salah satu Proklamator RI itu, jelasnya menjadi incaran tentara Jepang untuk dibunuh.
Guna menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, Bung Karno dilarikan dari Babo ke Kampung Refideso oleh Cosmos Werbete, kemudian menuju Gunung Nabi."Di Gunung keramat itulah Bung Karno diberi keris wasiat,"ungkap Keliopes kepada wartawan ibu kota. Setelah membawa keris tersebut, Bung Karno berhasil meloloskan diri dari percobaan pembunuhan.
Tapi pada ujungnya, bersama Cosmos Werbete pemilik keris tersebut, Bung Karno diasingkan Belanda.
Digembleng Tokoh Kuno
Jiwa Jawi Bung Karno merupakan cerminan semangat hidup yang mengedepankan keutamaan. Menghargai hidup dan kehidupan. Baginya, hidup adalah memberikan bukti kebaikan dan karena itu semasa remaja dirinya gemar laku prihatin. Semua itu dilakukan untuk membentuk jiwa jawinya supaya sekokoh baja.
Konon, kegemaran laku ini berawal dari beberapa guru spiritualnya dari Jogjakarta yang tak diketahui siapa, sejatinya nama dari sang guru spiritual tersebut. Sebab, dalam dunia spiritual ada pantangan untuk tidak menyebut nama. Ada kisah nyalawadi sebelum Kusno lahir. Kala itu, Keraton Jogjakarta kehilangan sebilah pusaka sakti. Tiba-tiba entah dari niana asalnya, di lingkungan keraton muncul isu bahwa pusaka yang hilang tersebut bersemayam di rahim ibunda Bung Karno. Lalu lewat peristiwa gaib setelah Kusno lahir, langsung diangkat jadi murid tokoh trah Keraton Jogjakarta.
Sumber: Matabumi.com
Benda Pusaka Dalam Pandangan Syari’at
Assalamu’alaikum
kami dari radio madufm ada salah satu pendengar yang mengirimkan sms dan bertanya ustad saya mau bertanya bagaimana sesorang itu menyimpan , mempunyai barang barang pusaka yang mempunyai kekuatan ghaif atau khodam ? boleh apa tidak . karena saya pernah cuma membaca hikayat nabi musa yang juga mempunyai tongkat dalam arti kan juga menyimpan tonkat ( sesuatu yang mempunyai kekuatan ghaib meskipun itu semua kekuatan dari Allah ?
wassaalam http://www.radiomadufm.com
FORSAN SALAF menjawab :
waalaikum salam warahmatullah wabarakatuh
Semua benda ataupun benda pusaka baik berupa tongkat, keris, tombak dll pada dasarnya tidaklah memiliki suatu kekuatan apapun, karena sumber segala kekuatan itu dari Allah semata. Jadi tidaklah benar pendapat yang mengatakan bahwa benda pusaka memiliki kekuatan atau berpengaruh terhadap sesuatu.
Adapun tongkat Nabi Musa yang bisa membelah lautan, memunculkan mata air dari batu pada dasarnya semua itu untuk menunjukkan kekuasaan Allah dan sebagai mu’jizat dari Allah untuk mengukuhkan kenabian Nabi Musa [1] , sebagaimana dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair. Allah SWT mengkisahkan tentang Nabi Musa dengan tongkatnya di dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ; 60 :
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Artinya : “ dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya lalu Kami berfirman “ pukullah batu itu dengan tongkatmu” lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air, sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing), makan dan minumlah rizqi (yang diberikan) Allah. Dan janganlah kamu berkeliaran dimuka bumi dengan berbuat kerusakan” (QS al BAqarah ; 60)
Pada kisah Nabi Musa dengan tongkatnya, Allah tidak langsung mengeluarkan mata air dari batu padahal Allah mampu untuk melakukannya tapi Allah memerintahkan terlebih duhulu kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke batu. Hal ini mengandung suatu hikmah yaitu ikhtiar yang lazim dilakukan manusia walaupun seorang nabi sekalipun. Perintah Allah kepada Nabi Musa adalah sebagai suatu pelajaran bagi Nabi Musa untuk berusaha walaupun dengan usaha yang mudah. [2]
Hukum menggunakan atau menyimpan benda pusaka sebagai berikut :
1.
HARAM dan berakibat KUFUR, jika meyakini bahwa benda pusaka itu memiliki kekuatan sendiri yang berpengaruh terhadap sesuatu yang lain bukan dari Allah.
2.
HARAM tapi tidak kufur, pelakunya dihukumi FASIQ, jika meyakini benda pusaka itu memiliki kekuatan dan berpengaruh terhadap benda lain tapi masih meyakini semuanya dari Allah.
3.
BOLEH, jika meyakini segala kekuatan hakikatnya dari Allah semata.[3]
Inti dari hukum benda pusaka didasarkan pada keyakinan kita dalam menilai benda tersebut.
Sedangkan bagi orang yang meyakini adanya jin didalam benda pusaka tersebut, kemudian meminta bantuan jin yang ada didalamnya ( استخدام الجان ) dengan terlebih dahulu melakukan ritual seperti pembakaran dupa dan pembacaan mantra, maka bisa berakibat kekufuran jika meyakini dengan ritual tersebut jin yang ada didalamnya bisa tunduk dan mau melakukan segala kehendaknya. [4]
[1] تفسير البغوي – (ج 1 / ص 100)
وقال سعيد بن جبير: هو الحجر الذي وضع موسى ثوبه عليه ليغتسل ففر بثوبه ومر به على ملأ من بني إسرائيل حين رموه بالأدرة فلما وقف أتاه جبرائيل فقال: إن الله تعالى يقول: ارفع هذا الحجر فلي فيه قدرة، ولك فيه معجزة، فرفعه ووضعه في مخلاته،
[2] تفسير الرازي – (ج 2 / ص 126(
المسألة الرابعة؛ الفاء في قوله : { فانفجرت } متعلقة بمحذوف أي فضرب فانفجرت أو فإن ضربت فقد انفجرت . بقي هنا سؤالات :
السؤال الأول : هل يجوز أن يأمره الله تعالى بأن يضرب بعصاه الحجر فينفجر من غير ضرب حتى يستغني عن تقدير هذا المحذوف؟ الجواب : لا يمتنع في القدرة أن يأمره الله تعالى بأن يضرب بعصاه الحجر ومن قبل أن يضرب ينفجر على قدر الحاجة لأن ذلك لو قيل إنه أبلغ في قيل : إنه أبلغ في الإعجاز لكان أقرب ، لكن الصحيح أنه ضرب فانفجرت لأنه تعالى لو أمر رسوله بشيء ، ثم إن الرسول لا يفعله لصار الرسول عاصياً ، ولأنه إذا انفجر من غير ضرب صار الأمر بالضرب بالعصا عبثاً ، كأنه لا معنى له ولأن المروي في الأخبار أن تقديره : فضرب فانفجرت كما في قوله تعالى : { فانفلق } [ الشعراء : 63 ] من أن المراد فضرب فانفلق .
[3] الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 3 / ص 70)
باب صلاة الاستسقاء ( وسئل ) رضي الله عنه ما قول من يقول بسعد المنازل وبحسنها وما يكون جواب من يسأل عن يوم كذا يصلح لنقلة أو تزويج ؟ ( فأجاب ) بقوله : من أضاف التأثير إلى المنازل أو الكواكب أو البروج أو الأيام أو نحو ذلك فإن أراد أن ذلك من حيث إن الله أجرى عادته الإلهية بوقوع ذلك الأمر عند ذلك الشيء لم يحرم عليه بل يكره له ذلك وإن أراد أن نحو المنزل أو الكوكب مؤثر بنفسه كفر وأصل ذلك ما قاله الأئمة فيمن يقول مطرنا بنوء كذا فعلم أن من سئل عن يوم يصلح لنحو نقلة . ينبغي أن لا يجيب بشيء من حيث اليوم بل يأمر بالاستخارة والفعل بعدها إن انشرح له الصدر لأن هذا هو السنة وخلاف المألوف من الجهلة المشتغلين بما لا يحل من علم الرمل وأمثاله هو البدعة القبيحة المحرمة .
غاية تلخيص المراد من فتاوى ابن زياد / 206
(مسئلة) اذا سأل رجل آخر هل ليلة كذا او يوم كذا يصلح للعقد او النقلة فلا يحتاج الى جواب لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله وذكر ابن الفركاح عن الشافعي انه اذا كان المنجم يقول ويعتقد انه لا يؤثر الا الله ولكن اجرى العادة بأنه يقع كذا عند كذا والمؤثر هو الله عز وجل فهذا عندي لا بأس به وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات، وافتى الزملكاني بالتحريم مطلقا وافتى ابن الصلاح بتحريم الضرب بالرملي وبالحصاة ونحوها قال حسين الأهدال : وما يوجد من التعاليق في الكتب من ذلك فمن حرافات بعض المنجمين والمتحذلقين وترهاتهم لا يحل اعتقاد ذلك وهو من الإستقسام بالأزلام زمن جملة الطيرة المنهي عنها وقذ نهى عنه علي وابن عباس رضي الله عنهما
[4] سبعة كتب المفيدة / 17
(والإستخدامات) اما بالكواكب او بالجان ويعض الألفاظ التي يخاطب بها الكواكب منها ما هو كفر صريح كمناداة بلفظ الإلهية : ويزعم اهل هذا العلم انه اذا تكلم بتلك الكلمات مع البخور على هيئة المشروطة كانت روحانية تلك الكواكب مطيعة له متى اراد شيئا فعلته له على زعمهم وكذلك القول في ملوك الجان على زعمهم والغالب على المشتغل بالإستخدام لمن ذكر كفر والعياذ بالله فلا يشتغل به مفلح ولا سديد النظر وافر العقل
kami dari radio madufm ada salah satu pendengar yang mengirimkan sms dan bertanya ustad saya mau bertanya bagaimana sesorang itu menyimpan , mempunyai barang barang pusaka yang mempunyai kekuatan ghaif atau khodam ? boleh apa tidak . karena saya pernah cuma membaca hikayat nabi musa yang juga mempunyai tongkat dalam arti kan juga menyimpan tonkat ( sesuatu yang mempunyai kekuatan ghaib meskipun itu semua kekuatan dari Allah ?
wassaalam http://www.radiomadufm.com
FORSAN SALAF menjawab :
waalaikum salam warahmatullah wabarakatuh
Semua benda ataupun benda pusaka baik berupa tongkat, keris, tombak dll pada dasarnya tidaklah memiliki suatu kekuatan apapun, karena sumber segala kekuatan itu dari Allah semata. Jadi tidaklah benar pendapat yang mengatakan bahwa benda pusaka memiliki kekuatan atau berpengaruh terhadap sesuatu.
Adapun tongkat Nabi Musa yang bisa membelah lautan, memunculkan mata air dari batu pada dasarnya semua itu untuk menunjukkan kekuasaan Allah dan sebagai mu’jizat dari Allah untuk mengukuhkan kenabian Nabi Musa [1] , sebagaimana dalam hadits qudsi yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair. Allah SWT mengkisahkan tentang Nabi Musa dengan tongkatnya di dalam Al-Qur’an Surat Al Baqarah ; 60 :
وَإِذِ اسْتَسْقَى مُوسَى لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ
Artinya : “ dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya lalu Kami berfirman “ pukullah batu itu dengan tongkatmu” lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air, sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing), makan dan minumlah rizqi (yang diberikan) Allah. Dan janganlah kamu berkeliaran dimuka bumi dengan berbuat kerusakan” (QS al BAqarah ; 60)
Pada kisah Nabi Musa dengan tongkatnya, Allah tidak langsung mengeluarkan mata air dari batu padahal Allah mampu untuk melakukannya tapi Allah memerintahkan terlebih duhulu kepada Musa untuk memukulkan tongkatnya ke batu. Hal ini mengandung suatu hikmah yaitu ikhtiar yang lazim dilakukan manusia walaupun seorang nabi sekalipun. Perintah Allah kepada Nabi Musa adalah sebagai suatu pelajaran bagi Nabi Musa untuk berusaha walaupun dengan usaha yang mudah. [2]
Hukum menggunakan atau menyimpan benda pusaka sebagai berikut :
1.
HARAM dan berakibat KUFUR, jika meyakini bahwa benda pusaka itu memiliki kekuatan sendiri yang berpengaruh terhadap sesuatu yang lain bukan dari Allah.
2.
HARAM tapi tidak kufur, pelakunya dihukumi FASIQ, jika meyakini benda pusaka itu memiliki kekuatan dan berpengaruh terhadap benda lain tapi masih meyakini semuanya dari Allah.
3.
BOLEH, jika meyakini segala kekuatan hakikatnya dari Allah semata.[3]
Inti dari hukum benda pusaka didasarkan pada keyakinan kita dalam menilai benda tersebut.
Sedangkan bagi orang yang meyakini adanya jin didalam benda pusaka tersebut, kemudian meminta bantuan jin yang ada didalamnya ( استخدام الجان ) dengan terlebih dahulu melakukan ritual seperti pembakaran dupa dan pembacaan mantra, maka bisa berakibat kekufuran jika meyakini dengan ritual tersebut jin yang ada didalamnya bisa tunduk dan mau melakukan segala kehendaknya. [4]
[1] تفسير البغوي – (ج 1 / ص 100)
وقال سعيد بن جبير: هو الحجر الذي وضع موسى ثوبه عليه ليغتسل ففر بثوبه ومر به على ملأ من بني إسرائيل حين رموه بالأدرة فلما وقف أتاه جبرائيل فقال: إن الله تعالى يقول: ارفع هذا الحجر فلي فيه قدرة، ولك فيه معجزة، فرفعه ووضعه في مخلاته،
[2] تفسير الرازي – (ج 2 / ص 126(
المسألة الرابعة؛ الفاء في قوله : { فانفجرت } متعلقة بمحذوف أي فضرب فانفجرت أو فإن ضربت فقد انفجرت . بقي هنا سؤالات :
السؤال الأول : هل يجوز أن يأمره الله تعالى بأن يضرب بعصاه الحجر فينفجر من غير ضرب حتى يستغني عن تقدير هذا المحذوف؟ الجواب : لا يمتنع في القدرة أن يأمره الله تعالى بأن يضرب بعصاه الحجر ومن قبل أن يضرب ينفجر على قدر الحاجة لأن ذلك لو قيل إنه أبلغ في قيل : إنه أبلغ في الإعجاز لكان أقرب ، لكن الصحيح أنه ضرب فانفجرت لأنه تعالى لو أمر رسوله بشيء ، ثم إن الرسول لا يفعله لصار الرسول عاصياً ، ولأنه إذا انفجر من غير ضرب صار الأمر بالضرب بالعصا عبثاً ، كأنه لا معنى له ولأن المروي في الأخبار أن تقديره : فضرب فانفجرت كما في قوله تعالى : { فانفلق } [ الشعراء : 63 ] من أن المراد فضرب فانفلق .
[3] الفتاوى الفقهية الكبرى – (ج 3 / ص 70)
باب صلاة الاستسقاء ( وسئل ) رضي الله عنه ما قول من يقول بسعد المنازل وبحسنها وما يكون جواب من يسأل عن يوم كذا يصلح لنقلة أو تزويج ؟ ( فأجاب ) بقوله : من أضاف التأثير إلى المنازل أو الكواكب أو البروج أو الأيام أو نحو ذلك فإن أراد أن ذلك من حيث إن الله أجرى عادته الإلهية بوقوع ذلك الأمر عند ذلك الشيء لم يحرم عليه بل يكره له ذلك وإن أراد أن نحو المنزل أو الكوكب مؤثر بنفسه كفر وأصل ذلك ما قاله الأئمة فيمن يقول مطرنا بنوء كذا فعلم أن من سئل عن يوم يصلح لنحو نقلة . ينبغي أن لا يجيب بشيء من حيث اليوم بل يأمر بالاستخارة والفعل بعدها إن انشرح له الصدر لأن هذا هو السنة وخلاف المألوف من الجهلة المشتغلين بما لا يحل من علم الرمل وأمثاله هو البدعة القبيحة المحرمة .
غاية تلخيص المراد من فتاوى ابن زياد / 206
(مسئلة) اذا سأل رجل آخر هل ليلة كذا او يوم كذا يصلح للعقد او النقلة فلا يحتاج الى جواب لأن الشارع نهى عن اعتقاد ذلك وزجر عنه زجرا بليغا فلا عبرة بمن يفعله وذكر ابن الفركاح عن الشافعي انه اذا كان المنجم يقول ويعتقد انه لا يؤثر الا الله ولكن اجرى العادة بأنه يقع كذا عند كذا والمؤثر هو الله عز وجل فهذا عندي لا بأس به وحيث جاء الذم يحمل على من يعتقد تأثير النجوم وغيرها من المخلوقات، وافتى الزملكاني بالتحريم مطلقا وافتى ابن الصلاح بتحريم الضرب بالرملي وبالحصاة ونحوها قال حسين الأهدال : وما يوجد من التعاليق في الكتب من ذلك فمن حرافات بعض المنجمين والمتحذلقين وترهاتهم لا يحل اعتقاد ذلك وهو من الإستقسام بالأزلام زمن جملة الطيرة المنهي عنها وقذ نهى عنه علي وابن عباس رضي الله عنهما
[4] سبعة كتب المفيدة / 17
(والإستخدامات) اما بالكواكب او بالجان ويعض الألفاظ التي يخاطب بها الكواكب منها ما هو كفر صريح كمناداة بلفظ الإلهية : ويزعم اهل هذا العلم انه اذا تكلم بتلك الكلمات مع البخور على هيئة المشروطة كانت روحانية تلك الكواكب مطيعة له متى اراد شيئا فعلته له على زعمهم وكذلك القول في ملوك الجان على زعمهم والغالب على المشتغل بالإستخدام لمن ذكر كفر والعياذ بالله فلا يشتغل به مفلح ولا سديد النظر وافر العقل
Langganan:
Postingan (Atom)